Selasa, 03 Mei 2011

Untukmu yang Berjiwa Hanif. Bacalah...!!!

Untuk mereka yang sedang dalam pencarian Islam yang hakiki...
Untuk mereka yang haus ilmu al-Quran dan Sunnah...
Untuk mereka yang sedang menempuh jalan yang ditempuh oleh Salman al-Farisi dan Waraqah bin
Naufal...
Untuk para pemuda yang hendak menggalah kejayaan dan mendulang masa keemasan...


Sungguh kebenaran itu begitu mahal, hidayah menuju Islam yang hakiki itu merupakan
nikmat yang terbesar dalam kehidupan seorang anak manusia, karena ia adalah kebahagian
abadi di dunia dan di akhirat. Orang-orang terdahulu telah mengorbankan semua yang ada
pada diri mereka untuk meraihnya. Lihatlah Salman, telah meninggalkan kampung halaman,
orang tua dan keluarganya, dijual di pasar perbudakan hanya karena untuk dapat menyusul
kebenaran di negeri yang berbatu hitam (Yatsrib). Lihatlah suku Aus dan suku Khazraj, rela
mengorbankan negeri, harta dan keluarga mereka untuk berbagi dua dengan orang-orang
Mekkah dari kalangan Muhajirin.
Jalan itu pula yang telah ditempuh oleh para nabi dan rasul, sehingga dipanggil nabi Nuh –
‘Alaihissalam- dengan Nuh karena panjangnya tangis beliau, jalan yang dilemparkan Ibrahim –
‘Alaihissalam- ke dalam api yang membara, jalan yang dipilih oleh Yahya –‘Alaihissalam sehingga
beliau disembelih dan seterusnya.

Berjiwa Hanif

Hanif secara bahasa ialah “condang kepadanya”, orang yang hanif yaitu orang yang condang
kepada kebenaran, berkepribadian yang lurus dan istiqamah. Agama hanif yaitu agama yang
jauh dari kesyirikan dan penyembahan berhala, dengan berkhitan dan melakukan manasik
haji.23

Allah berfirman;

"Tidaklah Ibrahim itu seorang Yahudi atau Nashrani, akan tetapi ia adalah orang yang hanif lagi
muslim, dan dia bukan dari orang musyrik". [QS. Ali Imran:67]
Ibnu Katsir berkata : "Yaitu jauh dari syirik dan condang kepada iman" (Tafsir Ibnu Katsir 2/58)

Orang jahiliah menganggap bahwa agama Ibrahim hanya sebatas manasik haji dan khitan,
padahal Agama Ibrahim yang sebenarnya adalah agama yang hanif ia merupakan semua aturan
Allah dari perkara tauhid dan iman, perintah dan larangan yang diturunkan kepada beliau.
sifat seorang yang berjiwa hanif, diantaranya adalah :

1. Seorang yang berjiwa hanif bagaikan kaca, dengan kebeningannya ia dapat melihat
kebenaran dari kebatilan, dan dengan ketebalannya hingga syubhat dan keraguan tidak
dapat menembusnya. Dia bukan busa yang menyerap setiap sesuatu yang bersentuhan dengannya

2. Seorang yang berjiwa hanif adalah orang yang bijaksana dan adil, dia meletakkan perkara
sesuai dengan posisi dan porsinya, baik yang berkaitan dengan Allah atau yang berkaitan
dengan dirinya maupun yang berhubungan dengan manusia.

3. Maka dirinya menolak praktek syirik dan penyembahan berhala, karena hal itu bukanlah
perbuatan yang adil kepada Allah, iapun tidak minum khamar seperti yang lainnya, karena
ia tidak mau menzhalimi dirinya. Sebagaimana ia tidak mau menguburkan anak karena hal
itu merupakan perbuatan zhalim terhadap orang lain.

4. Seorang yang berjiwa hanif adalah orang yang memiliki fitrah yang bersih dan pemikiran
yang baik, tidak dikotori oleh moderenisasi jahiliah dan tidak tercemari oleh pemikiran
yang menyimpang seperti dari ajaran filsafat dan ilmu kalam.

5. Seorang yang berjiwa hanif adalah orang yang selalu mencari kebenaran kepada sumbernya
yang asli. Setelah ia memperolehnya, ia menyibukkan diri untuk mendalaminya, karena ia
sumber yang tidak pernah habis, dan kemudian ia istiqamah di dalamnya. Sebagaimana
seorang yang hendak mencari air yang bersih, ia mencari ke sumber mata air yang belum
dicemari, di gunung atau di hutan belantara. Setelah ia menemukannya, ia menikmatinya
dan mengambilnya sebagai perbekalan. Tidak seperti sebagian orang, setelah mereka
menemukannya, ia mencoba mencari yang lain.

Diantara yang menghalangi seseorang dari pengajaran agama yang benar adalah hawa
nafsu. Ketika hawa telah menguasai diri seseorang, ia tidak akan peduli dengan aturan Allah.
Berapa banyak ayat Allah ditolak atau sunnah Rasulullah disepelekan hanya karena hawa
nafsu yang selalu dibela dan ditegakkan?! Bagaimana bisa beragama dengan baik, sekiranya
benang yang basah itu masih ditegakkan, memusuhi dan mencari kawan di atasnya?!
Seseorang yang mendahulukan hawanya dan sudah terbiasa dengan riba, ketika ia mendengar
ayat-ayat yang melarang riba, berkerut keningnya dan berat hatinya untuk menerima apa yang
ia dengar tersebut, karena usaha yang selama ini ia tentram dengannya, sekarang disalahkan
pula oleh orang bahkan diharamkan, tentu ia akan melakukan berbagai usaha untuk mencari
dalil pembolehan, lalu mencari kawan maupun lawan kerenanya. Membela orang yang
membolehkan riba dan memusuhi yang mengharamkannya, hanya sebab hawa nafsunya di
sana. Orang yang seperti itu sulit untuk mendapatkan hidayah.

Tunjuki Aku Jalan yang Lurus

Ihdinashshirotholmustaqim,
Shirotholladzina an'amta'alaihim....
tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan
orang-orang yang telah Engkau beri nikmat..., Begitu pentingnya hidayah,
sehingga seorang hamba memohon minimal tujuh belas kali dalam sehari semalam.
Ketika hidayah jauh dari seorang, berarti kebinasaan dan kesengsaraanlah yang
akan segera menimpanya. Hajat seorang hamba kepada hidayah seperti hajat badan
terhadap udara, ia sangat membutuhkan sejumlah hidayah-nafas yang keluar masuk
tubuhnya. Sebagaimana tubuh membutuhkan makan dan minum, hati juga membutuhkan
hidayah sebagai makanan dan minumannya.


Imam Ahmad rahimahullah
berkata, "Kebutuhan seorang hamba pada
hidayah, melebihi kebutuhannya dari makan dan minum, kalau makan dan minum
hanya dibutuhkan satu dua kali saja, sedangkan hidayah dibutuhkan sejumlah
nafas". (Miftah Darus sa'adah, 1/61)

Jadilah Lentera

Orang yang merasakan manisnya hidayah dan lezatnya
iman dialah orang yang punya motivasi dalam hidup dan bertabiat tidak pernah
puas pada sesuatu, ia tidak puas kalau dirinya saja yang merengkuh kenikmatan
dan merasakan kebahagiaan. Ia bagaikan lentera yang memberi penerangan buat
dirinya sebagaimana ia menerangi yang lainnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Dan apakah orang yang
telah mati (hatinya) kemudian Kami hidupkan kembali dan Kami anugerahkan
kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di
tengah manusia, serupa dengan orang yang keadaannya dalam gelap gulita yang sekali-kali
ia tidak dapat keluar darinya...". (QS. Al-An'am: 122)

wallahu a'lam

dikutip dari buku "Untukmu yang Berjiwa Hanif" Ust. Armen Halim Naro Rahimahullah

http://www.facebook.com/note.php?note_id=214929694466

Tidak ada komentar:

Posting Komentar