Selasa, 03 Mei 2011

Akibat Berbicara Tidak Sengaja Kepada Buah Hati

Bismillahirrahmaanirrahiim,

 Kebiasaan orang tua yang nampaknya biasa, ternyata berdampak buruk sekali terhadap masa depan anak. Apakah itu? Bicara sekenanya! Bicara tanpa sengaja. Bicara seolah orang tua lah yang paling benar, dan anak selalu salah. Akibatnya untuk anak?


1. Melemahkan konsep diri.
... Cap nakal, bandel, keras kepala, susah diatur, akan tercap pada jiwa anak. Kalau stempel tinta biasa dicap ke wajah, masih bisa dicuci bersih. Tapi kalau stempel kata2 negatif sudah tercap dalam jiwa anak, bertahun-tahun orang tua menjulukinya dengan 'bodoh', 'nakal', 'sulit diatur', beritahu saya (Elly Risman) bagaimana cara menghapusnya. *Saya juga mau dikasih tau -pen- hehe*

2. Membuat anak diam, melawan, menentang, tidak peduli, sulit diajak kerja sama.
Anak tidak memiliki banyak kata untuk mengungkapkan isi hati. Ketika ditanya, ia hanya menjawab: "terserah", "ntar", atau diam ngeloyor pergi. Kenapa? Karena orang tua selalu memaksakan kehendaknya dan anak tidak boleh membela diri atau berpendapat.
Ketika anak minta minum air putih, si ibu maksa untuk minum susu. Ketika anak tidak lapar, anak dipaksa makan. Ketika anak tidak ngantuk, dipaksa tidur. Dan semua harus nurut kata ortu! Ortu selalu benar! Anak selalu salah! Jadi, anak milih jalan aman yaitu nurut meski terpaksa.
Nnnnaah!! Kalau anak diam saja, jangan dulu GR kalau dia anak baik. Jangan-jangan dia menjadi pendiam gara-gara gak mau ribet bin ribut ma ortunya.

Atau sebaliknya, anak menjadi penentang yang paling keras. Ortunya ngomong 10 kata, ia membalas dengan 100 kata. Ortu ngomong dengan nada mi, anak ngomong sampai nada sol. Anak tidak punya respect sama sekali kepada orang tuanya, dan nampaknya sudah tidak peduli jika dibenci orang tuanya.  

Akhirnya, anak mudah terjerumus pada pergaulan bebas, narkoba, dan lingkungan negatif yang mendukung dirinya untuk melawan orang tua.

3. Menjatuhkan harga dan kepercayaan diri anak
Ini, nih, yang FATAL. Ketika anak merasa tidak dihargai oleh orang tua, ia pun akan merasa dirinya TIDAK BERHARGA. Menurut Elly Risman, faktor ini lah yang membuat anak-anak gadis 'rela memberikan dirinya' kepada pacarnya, karena ia merasa tidak berharga dan mencari kasih sayang dari orang lain yang menurutnya mencintai dia apa adanya.

Kondisi ini juga dimanfaatkan oleh oknum tak bertanggungjawab, baik itu ketemu di fesbuk atau langsung via HP. Oknum biadab itu tahu jika si gadis kurang kasih sayang dari ayahnya, maka ia akan berperan jadi ayah lewat status fesbuk atau sms, dst. Mangkanya banyak kejadian penculikan melalui fesbuk karena banyak anak-anak yang kurang perhatian sehingga mudah diperdaya dengan janji-janji semu.

Kehadiran HP, Internet dan teknologi sebenarnya adalah peringatan bahwa : YOUR FAMILY IS UNDER ATTACK!
Bahaya itu ada di telapak tangan anak-anak kita!

4. Kemampuan berfikir menjadi rendah.

Apabila ortu mengatur segala keperluan anak, memasakkan untuknya, menjahitkan kancingnya yang lepas, membela anak ketika menghadapi masalah, ternyata hal-hal tersebut membuat kemampuan berfikirnya menjadi rendah. Apalagi jika memiliki pembantu yang mengatur segala tetek bengeknya.
Jika ortu terlalu mengatur A to Z nya anak: kamu harus sekolah di situ! kamu harus begini beginu! Lihatlah ketika dewasa ia akan sulit mencari kerja (salah satunya) karena tidak bisa menentukan apa yang terbaik bagi dirinya.

Berilah anak tantangan untuk berpikir. Contoh kecil: Tawarin ke anak: mau minum apa? teh? susu? air putih?. Ketika anak berpikir, ratusan neuron dalam otaknya bekerja dan saling tersambung. Ini akan mengoptimalkan perkembangan otak anak Anda.

Tapi, kalau anak tidak diberi pilihan, tidak diajak berpikir, maka otak akan 'beku', tidak encer, karena segala sesuatunya sudah beres, res, res oleh ortunya.

5. Tidak terbiasa memilih dan mengambil keputusan.
Terkadang karena alasan 'kasihan', ortu mau melakukan apa saja untuk anak. Padahal itu tidak baik untuk dirinya. Sampai kapan ia akan bergantung pada orang tua sedangkan umur tidak akan selamanya bisa mendampingi anak. Atau ketika ia kuliah di luar kota, apakah ia siap untuk mandiri? Ketika berumah tangga?

Jangan hancurkan masa depan anak karena kebiasaan buruk orang tua.

Biarkan dia naik angkot, bis. Biarkan dia memilih warna baju kesukaannya. Ajak berpikir dan diskusi ketika ia melakukan kesalahan (dengan catatan: nasihati dia ketika sendiri, jangan di hadapan orang lain).

6. Iriiiii terussss...!!
Orang tua suka gatel membanding-bandingkan anaknya dengan orang lain. Padahal setiap pribadi itu unik. Kadang karena tidak sengaja memecahkan gelas, ortu lantas ngomel-ngomel: aduuhh, kok, ceroboh yah? gelas bisa pecah gitu. Kok kamu gak seperti kakakmu, sih, yang rajin, sholeh. Gak kayak kamu suka keluyuran malem-malem.

Lha... apa hubungannya coba gelas pecah sama keluyuran malem-malem? Kalo gelas pecah ya udah urus aja gelas pecahnya, gak usah bawa-bawa yang lain.

Kebiasaan ortu membanding-bandingkan dengan si A atau si B akan menumbuhkan sifat iri pada diri anak. Apalagi dibandingkan dengan orang lain yang jelas-jelas beda ibu dan bapaknya.

Anak itu berasal dari separuh gen ibu dan nenek moyang ibu, dan separuh gen ayah dan nenek moyang ayahnya. Itu juga sudah menjadi ketetapan Allah Subhanahuwata'ala untuk memilihkan gen yang mana, warna kulit, bentuk hidung,  karakter, dan lain sebagainya sehingga utuh menjadi manusia. Apapun yang ada pada diri anak, seharusnya orang tua syukuri. Itulah amanah yang dipercayakan kepada orang tua dari Allah.

Jika karakter iri terbawa sampai dewasa: tetangga beli mobil, jadi pengen beli mobil. Tetangga punya TV plasma 42 inch, jadi pengen beli juga. Akhirnya.... inilah cikal bakal munculnya KORUPTOR di negeri ini. Kesalahan komunikasi orang tua lah yang melahirkan koruptor, penipu untuk memenuhi ambisi menjadi orang paling kaya sedunia demi memuaskan rasa irinya.

Terakhir,
Cobalah buat list tentang sifat positif dan negatif anak Anda. Mana yang lebih banyak? Jika list negatifnya lebih banyak, berarti selama ini Anda memandang anak Anda dari sisi negatifnya saja. Tentu saja cara pandang ke anak akan memengaruhi cara Anda berkomunikasi dengannya.

Rubah cara pandang Anda. Lihat sisi positif Anak. Hapus sisi negatifnya, hapus pus pus pus! Gunakan pandangan positif terhadap anak Anda, dan lihatlah perubahannya. Anak Anda akan berubah dari cuek menjadi perhatian kepada Anda. Dari yang brutal menjadi penurut. Dari yang minder jadi percaya diri. Hingga akhirnya terlontar ikhlas dari lisannya, "Saya sayang Ayah dan Bunda dan akan selalu berbakti untuk Ayah Bunda."

++++++++++++++++++++++++++++

Insya Allah bersambung ke bagian 2. Sepuluh Kekeliruan Orang Tua dalam Komunikasi.

Semoga bermanfaat ^^
Bagi temans yang ingin nge share/copas/sebarluaskan, dipersilakan.

Alhamdulillahirobbil'alaamiin.
Amalia Husna M.
Narasumber : Dra. Elly Risman, Psi.
Seminar: Peran Komunikasi Orang Tua dalam Membangun Pribadi Anak yang Tangguh Menyongsong Era Milenium Development Goals.
Tempat dan Waktu : Hotel Permata Cilegon, 21 April 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar