Sabtu, 07 Januari 2012

Antara Cintaku, Cintamu Dan Cinta-Nya [4 Permasalahan Utama Cinta Asmara] Bag. 6

Inilah yang sering dilakukan oleh aktifis dakwah yang hatinya tidak bertameng keimanan. Jikalau ia bertameng, perisai tersebut memiliki gagang pegangan yang rapuh. Awal niatan berharap wajah Allah, rahmat dan naungan-Nya, akan tetapi terpaan badai godaan asmara terlarang bak gelombang yang datang bertubi-tubi, mengikis pingiran pantai keimanan perlahan-lahan. Padahal pinggiran pantai sudah terlindungi ilmu selebat hutan mangrove.

Bagaimana terpaan badai godaan asmara yang dasyhat itu?

Saling berhubungan langsung dengan HP,e-mail, inbox FB dan jejaring sosial. Awalnya sangat saling menjaga diri, menggunakan kata-kata yang sopan, serius dan to the point. Akan tetapi siapa yang tahu setan menyelinap berkelit-kelit dalam sinyal HP, menerobos paksa password e-mail dan bersembunyi di inbox FB. Bersamaan dengan berlalunya waktu yang tidak sebentar, maka kata-kata dan kalimat yang bertukaran antarkeduanya bermetamorphosis, metamorphosisnya sepasang kupu-kupu siap berkawin. Muncullah kalimat yang belum layak mencapai waktu prosanya,

“wahai calon ibu dari anakku, semenjak kita mulai ta’aruf saya jadi lebih bersemangat menjalani hari, apalagi jika kita menikah nanti, K.A.N.G.E.N ^^”

“Daku tak menyangka pangeran berjanggut tipis itu adalah engkau, maju ta’aruf dengan gagah berani, kegelisahan rindu ini memang harus berujung dibelaian kedua tanganmu dalam dekapan, segera, segera dan segera majulah wahai mujahidku”

Yang parahnya adalah bertemu langsung dengan mudahnya dan sudah tidak ada lagi yang membedakan mereka berdua dengan apa yang kita temui di jalan-jalan, di pasar, di mall dan di pusat keramaian manusia. Tidak ada bedanya dengan mereka yang menggenjot pedal gas hawa cinta menerobos peringatan merah di jalan keramaian syariat. Mereka yang sudah diperingati dalam hadits Rasulullah shallahu alaihi wa sallam seolah-olah menghalalkannya di jalan-jalan.
Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, Abu Malik al Asy’ari bahwa dia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ
“Sungguh ada dari umatku beberapa kaum yang menghalalkan [menganggap halal] perzinahan, sutera, minuman keras, dan musik-musik.” [HR. Bukhari]
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallah ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda,
” وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا تَفْنَى هَذِهِ الْأُمَّةُ حَتَّى يَقُومَ الرَّجُلُ إِلَى الْمَرْأَةِ
فَيَفْتَرِشُهَا فِي الطَّرِيقِ، فَيَكُونُ خِيَارُهُمْ يَوْمَئِذٍ مَنْ يَقُولُ: لَوْ وَارَيْتَهَا وَرَاءَ هَذَا الْحَائِطِ» .
“Demi Allah yang diriku di tangan-Nya, tidaklah akan binasa umat ini sehingga orang-orang lelaki menerkam wanita di tengah jalan (ingin bercumbu dan berzina) dan di antara mereka yang terbaik pada waktu itu berkata, “alangkah baiknya kalau saya sembunyikan wanita ini di balik dinding ini.” (HR. Abu Ya’la no. 12746, Al-Haitsami berkata, “perawi-perawinya shahih.” , lihat Majmu’ Zawaid 7/331, Maktabah Al-Qudsi, Koiro, 1414 H, Asy-Syamilah]

Diriwayatkan dari al-Nawwas radhiallah ‘anhu,
وَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ يَتَهَارَجُونَ فِيهَا تَهَارُجَ الْحُمُرِ فَعَلَيْهِمْ تَقُومُ السَّاعَةُ
“Dan ingatlah manusia-manusia yang buruk yang seenaknya saja melakukan persetubuhan seperti keledai. Maka pada zaman mereka inilah kiamat akan datang.” [HR. Muslim]
Sebaiknya mengunakan perantara comlang yang sudah bersuami-istri sehingga tidak ada celah untuk setan berkelit. Karena sekuat-kuat iman seseorang ia belum tentu mampu menahan gejolak cinta. Inilah yang pepatah yang populer di zaman kakek-buyut kita “Sedikit-dikit lama-lama menjadi bukit”. Ya, itulah cara setan menggiring manusia secara perlahan. Akan tetapi pembawa syariat shallallahu ‘alaihi wasallam jauh lebih cerdas dibandingkan setan. Cara ini tidak berlaku jika selalu menggenggam kaidah beragama,
سد الذرائع
“Menutup jalan menuju keburukan”

Yaitu jangan sampai ada hubungan yang tidak perlu jika belum waktunya, jika hubungan itu sangat perlu dalam ta’aruf demi mengenal, maka gunakanlah perantara comblang.

Merasa sudah menjadi setengah miliknya
Ketika kedua orang tua sudah saling menyerahkan dalam seremoni sederhana semiformal, yang satu berkata perkataan meminta dan yang satunya lagi melafadzkan mengabulkan. Tentunya dengan ridha pemuda yang mantap meminta dan ridha sang gadis yang tersipu meminta dijawabkan perkatan mengiyakan.
Akan tetapi rentang waktu injury antara yang tidak lama antara aqad yang memberi pagar bagi wanita dengan aqad menghalalkan, terkadang disalah pahami dengan keyakinan yang dibenarkan atau apa yang didefinisikan sebagai salah kaprah. Salah menilai bahwa sudah sama-sama saling memiliki setengahnya atau semi memiliki. Boleh semi saling bermesraan, boleh semi saling bersentuhan, boleh semi berduaan, boleh semi khalwat.
Atau mereka sebenarnya sudah tahu sebenar-benar mengetahui, terutama ikhwan dan akhwat yang mendapat anugrah meneganal dakwah ahlus sunnah berdasarkan pemahaman salafus shalih.kita khawatir dengan peringatan Allah bagi mereka yang sudah tahu tapi menyimpang maka Allah membuat hati mereka semakin menyimpang dan bahkan bisa takkan kembali. Allah Ta’ala berfirman,
فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ
“Tatkala mereka menyimpang maka Allah pun simpangkan hati mereka.” [Ash-Shaff: 5]

mereka seolah-olah membuat-buat alasan dengan menyebut orang-orang besar saja tidak mampu menahan gejolak cinta. disebutlah Fatimah sebelum menikah dengan Ali, disebutlah Umar bin Abdul Aziz dengan hamba sahayanya dan disebutlah Mughits, sahabat budak, yang memelas-melas agar cinta jangan hilang dari Barirah yang baru saja merdeka. Memang mereka bergejolak karena cinta, tetapi mereka bisa dan mampu menyikapi cinta dalam koridor syariat.

Perlu disadari benar bahwa khitbah bukanlah penghalal, khitbah hanya sekedar memagari dari invasi lainnya. Dan memberi ketenangan dengan memegang satu-satunya tiket ke final perjumpaan terindah. Sehingga hal-hal berikut yang perlu dihindari:
-Terlalu seringnya berjumpa, sang ikhwan bermain-main kerumah akhwat tanpa ditemai mahram, Bercanda-canda dan bermain seperti anak kucing yang memainkan pintalan benang. Setiap kali datang selalu beroleh tangan hadiah-hadiah yang membuat sang ahkwat semakin bermekaran meninggalkan kelopak kehormatan dan malu. Atau yang parah, tempat yang dijanjikan untuk bertemu adalah beranda-beranda masjid dan pojok-pojok tiang penyangganya. Dengan dalih berbagai urusan agama yang diduniakan. Intinya tidak bersabar berpuasa dan tidak sabar berbuka disaatnya nanti.

-bermudah-mudah bermesraaan, apalagi yang digunakan, tentunya dengan bantuan kemajuan teknologi SMS, internet dan jejaring sosial. Jika kita mengecek Handphone maka kita akan dapati yang semisal ini,
“akhi, nanti kalau sudah menikah saya maunya istana sederhana kita dicat warna ungu muda kombinasi dengan merah muda ya”

“ukhti, saya ingin agar engkau melahirkan untukku anak laki-laki sebagai anak pertama kita, supaya anak kita berjihad di jalan Allah”

Yang agak parah,
“pangeran, sebentar lagi engkau akan menjadi rajaku, kok nggak sms-sms sih? Khan aku kangen, pengen di manja dengan kata-kata romantis”

Dan dibalas,
“sabar chayank, diriku sibuk kan mempersiapkan segalanya agar engkau sah menjadi ratuku, ketahuilah, entah kenapa wajahmu selalu terbayang dan tidak bisa lenyap, jadi ingat bagaimana Jibril membawa gambar A’isyah kepada Nabi kita”

Sebaiknya kita bersabar, setelah khitbah, tetap gunakan perantara comlang yang sudah bersuami-istri atau langsung berhubungan dengan keluarganya. Jauhkan godaan setan untuk langsung berkomunikasi. Godaan yang seperti ini sangat dasyhat, entah kenapa pengalaman kami membuktikannya, ikhwan yang terkenal sangat istiqamah, tetapi dalam hal ini sangat bermudah-mudah menghalalkan. Kita harus harus sangat berhati-hati dalam hal ini.

Jatuh cintalah kepada banyak orang?
Ada satu prinsip yang salah, tetapi masih saja ada penganutnya, bahkan kami dengar, ini dari seorang ustadz yang dikenal di Indonesia sebagai spesialis ustadz cinta karena terkenal dengan bukunya. Dan banyak juga penganutnya. Yaitu agar tidak kecewa banyaklah jatuh cinta kepada orang. Dengan kata lain semisal seorang ikhwan, maka ia mengejar beberapa akhwat, memberi lampu hijau kode-kode semi rahasia yang menggetarkan hati beberapa akhwat, menggetarkan hati dengan pandangan tajam berbalut malu diikuti tarikan wajah kebawah seolah menundukkan pandangan, memberikankan secuil perhatian tetapi sudah sangat menggetarkan.

Mengapa harus ke beberapa orang?
Alasan mereka agar tidak kecewa nantinya, memiliki banyak target dan cadangan. Jika yang target yang satu telah ada penjaga resminya, maka ia masih ada target yang lain.
Lebih-lebih akhwat di balik kegalauan dan kecemasaannya, maka prinsip ini cukup menenangkan bagi mereka, mengirim sinyal-sinyal lembut yang lebih menggetarkan lagi, membuka beranda hati untuk disinggahi beberapa ikhwan. Beberapa ikhwan yang ia anggap masuk kriteria, maka ia berusaha membakar, jika tidak ada api kobaran cinta, minimal ada asap berbau asmara. Ia hanya membuat-buat getaran saja, sehingga kelak ada beberapa ikhwan yang menaruh harapan kepadanya. Atau ada salah satu yang kelak akan maju.

Kita katakan prinsip ini kurang tepat. Ini bukti kurangnya keimanan terhadap janji Allah mengenai pasangan kelak yang baik jika dirinya sudah baik. Perhatikan kelemahannya:
-menunjukkan kurangnya iman terhadap janji Allah
-sakit hati
jika ada salah yang lebih dahulu mendahuluinya menuai aqad sah. Rasa sakit karena cinta, bisa membuat seseorang berkhayal agar memori otaknya dihapus. Begitu juga jika ada lawan jenis lainnya yang mendekati, maka dadanya sesak dan hatinya sakit. Sungguh ironis, sekiranya Allah memciptakan cinta untuk membuat bahagia tetapi ia merana karena cinta.
-membuang waktu, tenaga dan pikiran.
Karena yang namanya membakar asmara yang membuatnya mampu bergetar, tidak semudah membakar dengan menggoreskan pentul korek api. Asmara muncul dengan sakral dan perlahan-lahan menyusup. Tentu ini membuang waktu, tenaga dan pikiran apalagi jika targetnya beberapa orang. Hendaknya kita memperhatikan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ
“Di antara tanda kebaikan keIslaman seseorang: jika dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” [HR. At-Tirmidzi no. 2318, hasan lighairihioleh Syaikh Shalih Alu Syaikh dalm Syarh al-Arbain an-Nawawiyah]

Jatuh cinta dengan akhwat yang berbeda manhaj
Ikhwan A: nah itu dia ustadz permasalahannya, rencana ana, ana pengen “maju” sama dia, memang kita berbeda manhaj dan ana yakin dengan manhaj ana yang sekarang, akhwat itu memang perlu didakwahi karena manhajnya kurang tepat. Rencana ana akhwat itu, “dibini” dulu baru dibina ustadz. Nanti ana yang ngajak dia “ngaji” dakwah manhaj salafiyah.

Sebagaimana dengan kasus ikhwan diatas, maka hal ini bisa saja terjadi karena lingkungan yang sangat susah dihindari, yaitu ikhtilat bercampur baur laki-laki dan wanita. Di kampus, di tempat kerja dan di pusat perbelanjaan. Maka bisa jadi benih cinta muncul kemudian segera diikuti oleh perasaan. Apalagi sang akhwat memiliki mata, hidung, alis dan bibir yang sedap dipandang dan dinikmati. Maka keluarlah dalih “dibini dulu baru dibina”, “nanti saya ajak ngaji”, “nanti saya kenalkan dakwah ahlus sunnah”
Sebenarnya sang ikhwan dengan pemahaman Al-Quran dan Sunnah sesuai pemahaman salafus shalih, sudah mengetahui dengan seksama bahwa mencari jodoh bukan seremeh sekedar menimba air. Bukan pula bisa setengah ditawar, memasak air setengah matang kemudian diteguk, mencari jodoh yang agak mengerti kemudian dibuat mengerti seutuhnya manhaj yang selamat. Masalah jodoh adalah bisa dibilang salah satu episode klimaks dalam sejarah hidup. Bagaimana tidak, ialah yang akan menemani kita selama hidup, berbagi cita, bertukar pikiran, menopang, merangkul, menasehati dan menguatkan di jalan Allah. Ialah jodoh kekal di akherat nanti.
Jika saja seorang mahasiswa menginginkan IPK sempurna diatas 3,5. Jika saja seorang pagawai menginginkan posisi sempurna dipuncak. Jika saja petani menginginkan sesak sempurnanya lumbung padi. Maka mengapa untuk masalah jodoh dan agama tidak demikian? Mengapa ia harus ditawar? Mengapa ia harus sesuatu yang tidak pasti?

“dibini dulu baru dibina”. Nah, pernyataan ini juga perlu ditinjau kembali:
-mampukah nanti membinanya? Sudah cukupkah ilmu? Jangan terlalu percaya diri, lebih-lebih membina diri sendiri saja masih berlepotan. Memaksa hati untuk hal yang baik saja masih berat. Senyatanya dia tahu kualitas dirinya dengan sebenar-benarnya, hanya saja ia mencari-cari alasan. Sungguh sesuai dengan firman Allah Ta’ala,
بَلِ الْإِنسَانُ عَلَى نَفْسِهِ بَصِيرَةٌْوَلَوْ أَلْقَى مَعَاذِيرَهُ
“Bahkan manusia itu lebih mengetahui tentang dirinya. Meskipun dia mengemukakan alasan-alasan” [Al-Qiyamah: 14-15]

-apakah yang dibina akan menerima langsung apa yang dibina? apakah hidayah itu pasti akan datang? Ketahuilah bahwa hidayah taufik yang berkaitan dengan hati manusia, berada dalam kehendak Allah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saja sangat ingin membimbing dan memberi hidayah kepada pamannya Abu Thalib yang ia cintai akan tetapi Allah berkata lain dan berfirman,
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. [Al- Qashash : 56]

-bisa jadi nanti malah sang ikhwan yang terbawa arus, mengikuti manhaj akhwatnya yang kurang tepat. Karena kurangnya ilmu dan lebih-lebih ia jarang muncul dalam peredaran dakwah. Ketahuilah bahwa hati ini lemah, terlebih terhadap wanita. Allah Ta’ala berfirman,
وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا
“Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah’” [An Nisa: 2]

Imam Al-Quthubi rahimahullah berkata dalam tafsirnya ,
وَقَالَ طَاوُسٌ: ذَلِكَ فِي أَمْرِ النِّسَاءِ خَاصَّةً. وَرُوِيَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ
أَنَّهُ قَرَأَ (وَخَلَقَ الْإِنْسَانَ ضَعِيفًا) أَيْ وَخَلَقَ اللَّهُ الْإِنْسَانَ ضَعِيفًا، أَيْ لَا يَصْبِرُ عَنِ النِّسَاءِ
“berkata Thowus rahimahullah , “hal tersebut adalah mengenai wanita”. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwanya beliau membaca [وَخَلَقَ الْإِنْسَانَ ضَعِيفًا] yaitu, tidak sabar terhadap [godaan] wanita.” [Al-Jami’ liahkamil Quran 5/149, Darul Kutub Al-mishriyah,Kairo, cetakan kedua Asy-Syamilah]

Memang ada sebagian ikhwan yang berhasil membina dan beberapa ustadz yang menasehati sebagai jalan yang benar-benar terakhir tetapi dengan syarat:
-ustadz melihat sang ikhwan adalah orang yang istiqamah dan cukup mumpuni ilmunya
-sang ikhwan harus tetap beredar dalam peredaran dakwah
-akhwat tersebut bukanlah pembesar dan pentolan dalam dakwahnya yang kurang tepat. Lebih-lebih ia sekedar simpatisan dan berjiwa lugu dan polos.

Akan tetapi sekali lagi, apakah kita mau memilih buah manggis setengah matang yang agak kecut? Kemudian belum pasti akan masak walaupun kita menunaikan hak tanaman tersebut? Kenapa kita tidak memilih manggis yang sudah cukup matang, buahnya terbungkus kuat oleh kulit tebal yang menunjukkan terjaga dan sucinya, dan ketka dibuka putih bersih nan ranum, lembut di lidah dan sangat manis dengan aroma tipis yang menggairahkan selera. Akhwat yang bagai buah manggis matang lebih baik.

Jatuh cinta karena perisai iman yang jebol
Fulanah: kami dulunya satu kelompok praktikum. Awalnya ana bisa menjaga diri dari para laki-laki. Tapi yang satu ini sepertinya terus-terus berusaha mendekati ana. Dia sering sms, kasih hadiah, malah dia katanya mau main-main ke rumah ana. Jelas ana tolak mentah-mentah. Tapi lama kelamaan, kata-kata manis dan pengorbanannya membuat hati ana meleleh. Sekuat-kuat iman wanita, hati ana lemah, akhirnya luluh juga. Ana tidak kuasa menolak sms pertanyaan tentang agama ke ana, ana juga tidak kuasa menolak hadiah yang setiap satu minggu sekali dikirim ke rumah ana via pos. Dia bilang, ana satu-satunya tempat jangkar, agar perahunya menepi. Dia bilang juga ana berbeda dengan wanita-wanita lain, yang gampang dia dapatkan. Dia sangat penasaran dengan ana. Kok baru kali ini ada wanita yang sukar sekali luluh dengan dia. Dia bilang, ana wanita yang spesial. Dia juga mengikrarkan bahwa, akan menempuh segala cara agar ana memberikan tangan sebelah lagi sehingga cinta bisa bertepuk. Ana sadar ini racun , tetapi kenapa ana masih ingin mengisapnya sampai habis ya? Ana sadar dia kurang baik buat akhirat ana, tetapi kenapa hati ini selalu bertumpu padanya?

Itulah wanita, sekuat-kuat iman wanita akan tetapi ia disempurnakan dengan perasaan yang dalam. Allah menciptakan wanita dengan perasaan yang dalam karena untuk menyempurnakannya sebagai seorang ibu yang identik dengan perasa, lembut dan kasih sayang. Inilah salah satu yang dimaksud dengan kebengkokan wanita,
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ لَنْ تَسْتَقِيْمَ لَكَ عَلَى طَرِيْقَةٍ،
فَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَبِهَا عِوَجٌ وَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهَا كَسَرْتَهَا وَكَسْرُهَا طَلاَقُهَا

“Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk dan ia (seorang wanita) tidak akan lurus bagimu di atas satu jalan, maka jika engkau menikmatinya maka engkau akan menikmatinya dan pada dirinya ada kebengkokan, dan jika engkau meluruskannya maka engkau akan mematahkannya. Dan patahnya wanita adalah menceraikannya.” (HR Muslim II/1091 no 1468)

Wanita sangat mudah ditaklukkan dengan pengorbanan laki-laki. Wanita tidak tahan dengan pengorbanan laki-laki demi dirinya. Apalagi pengorbanan itu berhias perhatian. Maka bisa membuat wanita bergelimang cita, melayang-layang tinggi dalam alam setengah khayal dan bertelekan diatas permadani sutra buaian.
Maka tidak ada jalan terbaik selain menutup rapat penuh hati dan jalan masuk lelaki hingga saatnya tiba bersamaan dengan keseriusan. Menolak dengan lantang dan tegar segala perhatian dari lelaki, semua hubungan yang menjurus kearahnya. Barulah ia buka jika telah tiba saatnya nanti. Tidak ada laki-laki yang berani bermain api jika wanita terlihat tegar dengan kehormatannya. Tolak semua dengan tegas perhatian, sms berkedok dakwah, hadiah dan bimbingan berbalut rayuan.

Bagaimana jika sudah terlanjur seperti kasus diatas?
Apabila sang ikhwan adalah ikhwan yang baik agama dan aklaknya, segera tantang dia? Jangan mau setengah-setengah maju dengan modal jenggot saja atau celana cingrang saja. Jika ingin serius maka seriuslah. Yang setengah-setengah tentu tidak enak, yang kurang matang tentu tidak gurih. Minta dia menyempurnakannya dengan aqad yang jelas dan suci.

Akan tetap jika laki-lakinya seorang pemain band seperti kasus diatas, kemudian cinta sudah menancap. Maka ini membutuhkan perjuangan yang keras. Tempuhlah jalan ini:
-Putuskan segera hubungan, hapus nomor HP, hapus pertemanan di jejaring sosial, buang semua hadiah dan singkirkan segala sesuatu yang bisa mengingatkan kepada lelaki tersebut
-Kemudian sibukkan diri dengan ilmu, amal dan bermanfaat bagi dunia dan akhirat
-Sering-sering berkumpul dengan mereka yang istiqamah dan bisa menasehati
-Dan terakhir jika bisa, segeralah menikah dengan ikhwan yang baik agam dan akhlaknya, karena kaidah psikologi yang dibawa oleh syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berlaku yaitu,
النفس لا تترك شيئا ألا بشيئ
“jiwa tidak akan bisa meninggalkan sesuatu kecuali jika ada sesuatu [yang menggantikannya]”

INSYAALLAH BERSAMBUNG…

Disempurnakan di Lombok, pulau seribu masjid
2 Muharram 1433 H, Bertepatan  28 November 2011
Penyusun:  Raehanul Bahraen
Semoga Allah meluruskan niat kami dalam menulis
artikel http://muslimafiyah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar