Jumat, 06 Januari 2012

Antara Cintaku, Cintamu Dan Cinta-Nya [4 Permasalahan Utama Cinta Asmara] Bag. 1

Kami bukanlah perangkai lirik roman picisan, bukan pula pemanah cinta yang banyak memasang busur dari tulang rusuk kami, bukan pula pengarung deramnya aliran rindu tak halal. Tetapi, kami hanya pengamati pelaku, rentetan alur kisah, buah manis dan tragedi cinta asmara. Kemudian kami  melihat ada beberapa hal yang paling sering timbul dipermukaan masalah cinta asmara. Yang paling sering digelisahkan oleh orang-orang yang cerdas.
Yang paling sering dibingung oleh orang-orang yang pintar dan yang paling sering  dialami oleh pelaku sandiwara cinta asmara yaitu:
1. Mabuk cinta
2. Laki-laki yang bingung mencari cinta, karena pada hakikatnya laki-laki mencari
3. Wanita yang cemas menunggu cinta karena pada hakikatnya wanita menunggu
4. Laki-laki dan wanita yang telah saling mencintai tetapi belum mampu menikahi

Sebenarnya Ingin kami menulisnya pada awal-awal merasakan halalnya. Sekaligus motivasi bagi yang belum merasakan salah satu surga dunia agar menyegerakannya. Berdasarkan pengalaman menahan dasyat godaan haramnya sebelum halalnya. Akan tetapi goresan pena takdir atas izin-Nya, membuat lauhul mahfuz terbaca: bahwa kesempatan itu adalah saat ini.

Izinkan kami memberi pengantar sejenak
Cinta merupakan hal yang tidak pernah tamat kisahnya, tidak pernah selesai ceritanya dan tidak akan kering tinta untuk menulis kebahagiaan, kesedihan dan kegelisahan karena cinta. Bagaimana tidak, cinta telah mengoreskan awal kisahnya dan melahirkan masalahnya semenjak   Allah ‘Azza wa jalla menurunkan Nabi Adam ‘alaihissalam di muka bumi.
Ingatkah kita, tatkala Nabi Adam ‘alaihissalam diperintahkan oleh Allah untuk menikahkan kedua anaknya secara menyilang dimana Habil dinikahkan dengan wanita yang lahir bersamaan dengan Qobil dan sebaliknya. Akan tetapi Qobil tidak setuju karena ia lebih cinta kepada wanita yang lahir bersamaan dengannya, karena wanita tersebut lebih berparas. Qobil tidak terima.  Mengapa hanya karena takdir perihal pasangan lahir, ia urung mendapatkan wanita yang lebih cantik.
Allah Yang Maha Adil lagi Bijaksana, memerintahkan keduanya untuk berkurban. Yang terpilih terbaik diantara keduanya adalah yang pertama kali bebas mempersunting wanita idamannya. Oleh Karena,
الحزاء من جنس العمل
“Balasan sesuai dengan perbuatan”

Habil sebagai seorang peternak mempersembahkan  kambing kesayangannya diantara yang teristimewa.  Sedang petani Qobil, menunai gandum terburuk yang keluar dari hasil bumi.  Bagaimana kisah ini berlanjut? Biarlah kitab tershahih dan tidak ada keraguan yang menceritakannya:
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَاناً فَتُقُبِّلَ مِن أَحَدِهِمَا
وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”. [Al-Maidah:27]

Namun, hawa nafsu terpoles cemburu yang membara, cemburu yang menutup rapat mata hatinya. Memaksa Qobil memutar akalnya, mencari cara agar wanita itu hanya bisa bersanding manja di bawah buah jakunnya. satu-satunya yang terlintas di benaknya adalah menghilangkan nyawa saudaranya sendiri, Habil.
Sehingga tergoreslah tragedi awal dengan skenario pembunuhan pertama yang terjadi dimuka bumi. Na’am, karena cinta asmara. Dimana kisah ini abadikan dalam agama ini dan akan dibaca dan dibacakan, didengar dan diperdengarkan, serta direnungkan oleh manusia sesudahnya  hingga akhir zaman. Yaitu:
فَطَوَّعَتْ لَهُ نَفْسُهُ قَتْلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُ فَأَصْبَحَ مِنَ الْخَاسِرِينَْ
فَبَعَثَ اللّهُ غُرَاباً يَبْحَثُ فِي الأَرْضِ لِيُرِيَهُ كَيْفَ يُوَارِي سَوْءةَ أَخِيهِ
قَالَ يَا وَيْلَتَا أَعَجَزْتُ أَنْ أَكُونَ مِثْلَ هَـذَا الْغُرَابِ فَأُوَارِيَ سَوْءةَ أَخِي فَأَصْبَحَ مِنَ النَّادِمِينَ

“Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya . Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.” [Al-Maidah: 30-31]

Laila majnun, syair Arab jahiliyah tersohor. Konon, pemuda berperawakan gagah nan tampan bernama Qois bin Al-Maluh, mencium-cium tembok rumah Laila,  seorang wanita dengan tubuh berbalut kulit kehitaman. Ia ingin membuktikan, rintangan selevel perpaduan tanah liat tidak mampu menghalangi napas rindunya menembus empunya hati dibalik bilik rumah.  Adalah cintanya yang tidak tertahankan kepada laela yang memberi kekuatan agar ia bisa menahan lemparan julukan “majnun”. Dengan santainya ia menjawab kaumnya:
Aku melewati rumah rumah Laila
Kucium dinding ini, dinding ini
Tidaklah cinta rumah yang memenuhi hati
Tetapi cinta kepada dia yang tinggal di rumah ini 

Kemudian nukilan dari mulut ke mulut. Kisah dua imperium besar, dahulu saling mendekat untuk saling menyerang kemudian karena cinta mendekat untuk saling berkasih sayang. Itulah penyebab Julius caesar, ‘Adzimur Rum”, pembesar Romawi dengan segala kebesarannya, bertekuk lutut di depan Cleopatra untuk memohon seuatu hal, yang tidak lain memohon cinta Cleopatra. Kisah cinta gladiator yang melawan aliran arus dan terdampar ditepi sungai Nil.

Sampai-sampai novel tersohor yang tidak jelas terungkap kebenarannya, Romeo dan Juliet pun, ikut menyumbang dan meramaikan dongeng, gelapnya mata hati karena asmara. Siapa yang tidak tahu, tindakan tidak bijak, merenggut nyawa bersama. Ingin hati keduanya segera mengikat langsung ruh yang tercabut. Memilinnya dengan lilitan cinta yang berkemul hebat didunia. Cinta yang tidak direstui karena jauhnya perbedaan martabat. Kemudian kiranya cinta  akan bersambung manis di kehidupan abadi selanjutnya.
Seandainya kisah ini benar, roh itu tidak akan saling menjamah. Malaikat mautlah jawabannya. Kedua roh itu “mungkin” akan saling melirik tanpa daya, di kedalaman jurang neraka. Cukuplah sepenggal bait yang menggambarkan semua:

قالوا جننت بمن تهوى فقلت لهم … العشق أعظم مما بالمجانين
العشق لا يستفيق الدهر صاحبه … وإنما يصرع المجنون في الحين
Mereka bilang, “Kamu tergila-gila dengan orang yang kau cintai?”
Aku pun menjawab, “Cinta buta lebih dahsyat daripada orang gila.”
Orang yang terserang cinta buta tidak akan tersadar sepanjang masa
[Al-Jawabul Kaafi 214, Darul Ma’rifah, cetakan pertama, Asy-Syamilah]
Kisah-kisah diatas hanya sedikit dari berbagai kisah cinta dengan tragedinya, dengan keanehannya dan dengan kebahagiaannya. Kisah diatas belum bisa mewakili berbagai kisah cinta yang masih terkubur oleh ketidaktahuan manusia dan tidak angkat ceritanya di atas permukaan pengetahuan manusia. Masih banyak kisah cinta yang lebih bahagia telinga mendengarnya dan lebih deras air mata mengalir karena melihatnya.
Sampai di zaman modern sekarang ini, kisah cintapun bertambah dan lebih menunjukkan macamnya. kisah cinta di zaman modern ini hanya mengulang kisah-kisah cinta di zaman sebelumnya dengan skenario yang hampir sama bahkan sama persis. hanyalah perbedaan zaman, perbedaan adat, perbedaan tempat dan waktu, perbedaan pemikiran yang menjadi bumbu pelengkap serta ramuan yang membedakannya dengan kisah-kisah sebelumnya. Telah tertulis di surat kabar dan majalah, kisah dua sejoli yang rela bunuh diri bersama meminum racun bersama karena cinta mereka tidak direstui, telah termaktub juga kisah seorang suami yang membunuh istrinya hanya karena praduga istrinya telah selingkuh. Wallohu musta’an manusia buta karena cinta.

Begitu besar kekuatan cinta, selalu melahirkan kisah dan memunculkan masalahnya sejak zaman manusia mulai diberi beban beribadah dimuka bumi sampai ujung kehidupan dunia. Oleh  karenanya Allah Al-Hakim, Yang Maha Bijaksana, menurunkan agama Islam yang mulia ini dimana didalamnya terdapat penjelasan mengenai cinta. bagaimana seorang hamba menyikapi cinta,  siapakah yang didahulukan cintanya, bagaimana meredam gejolak cinta asmara.
Hal ini pula yang mendorong kami dengan segala keterbatasan ilmu mencoba mengangkat tema mengenai cinta. Namun karena pembahasan cinta sangat luas cakupannya maka kami hanya membatasi pembahasan cinta sesuai dengan kisah-kisah pengantar diatas yaitu cinta dua sejoli pasangan manusia atau lebih tepatnya cinta asmara.

Dalam pembahasannya akan disertai dengan sedikit pembahasan cinta yang sering dibahas dalam kitab-kitab tauhid para ulama yaitu cinta kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Karena Cinta kepada Allah Ta’ala lah yang menjadi landasan dan asas segala macan cinta.
Kemudian kami memberi judul, “Antara cintaku, cintamu dan cinta-Nya”,  karena masalah yang lebih kami tekankan adalah cinta asmara yang berlebihan sehingga menyebabkan cinta kepada Allah  Ta’ala diduakan. Cinta asmara kepada pujaan hatinya sama bahkan lebih daripada cinta kepada Allah, sehingga membuat petaka dunia-akhirat karena ia telah melakukan perbuatan syirik mahabbah [syirik cinta] yang ujung-ujungnya adalah neraka, [خالدا مخلدا فيها أبدا] “kholidan mukholladan fiiha abada”, [kekal, dikekalkan didalamnya selama-lamanya], Wal’iyadzu billah.

Harapan kami, tidak ada lagi kata-kata ini terucap:
وصلك أشهى إلى فؤادي
من رحمة الخالق الجليل
“Berhubungan denganmu lebih aku senangi di hatiku
daripada rahmat Allah, sang Pencipta yang Agung.”
Tidak akan lagi kalimat ini lahir dari lisan:
يترشفن من فمي رشفات
هن أحلى فيه من التوحيد
“Perempuan-perempuan itu menghisap mulutku 
lebih nikmat daripada mentauhidkan Allah.”
waliyadzu billah, hanya kepada Allah kami memohon perlindungan.
.
Apa itu cinta?
Begitu banyak manusia yang mencoba mendefinisikan cinta, mencoba menguak misteri cinta, mencoba membuka tabir pengertian cinta dan mencoba meraba-raba apa yang tersembunyi di balik cinta dan mencoba memberikan arti pasti mengenai cinta. Namun sampai sekarang manusia belum mampu mendefiniskan cinta secara pasti dan jelas serta mewakili semua perasaan manusia yang pernah merasakan atau sedikit mencicipi cinta.
Hal ini telah dikemukan oleh Ibnu Qoyyim Al Jauziyah rahimahullahu, ulama pakar hati, beliau berkata:
لَا تُحَدُّ الْمَحَبَّةُ بِحَدٍّ أَوْضَحَ مِنْهَا. فَالْحُدُودُ لَا تَزِيدُهَا إِلَّا خَفَاءً وَجَفَاءً.
فَحَدُّهَا وُجُودُهَا. وَلَا تُوصَفُ الْمَحَبَّةُ بِوَصْفٍ أَظْهَرَ مِنَ الْمَحَبَّةِ
“Cinta tidak bisa didefinisikan dengan jelas, bahkan bila didefinisikan tidak menghasilkan (sesuatu) melainkan menambah kabur dan semakin kabur, definisinya adalah keberadaan cinta itu sendiri. Cinta tidak bisa digambarkan dengan gambaran yang lebih jelas dari perasaan cinta tersebut”. [Madarijus Salikin 3/11, Darul kitab Al-Arabi, Beirut, cetakan ketiga, Asy-Syamilah]

Jadi, biarlah cinta itu dirasakan oleh yang ingin merasakannya, karena definisinya tergantung orang yang merasakan dan gambarannya tergantung orang yang mampu menggambarkannya. Namun, tidak ada salahnya kalau kita melihat apa saja definisi cinta yang telah didefinisikan oleh orang-orang yang berusaha menyelami makna cinta.
Adanya yang mendefinisikan cinta dengan ungkapan:
من أحب أكثر من ذكره
“Barangsiapa yang mencitai, pasti akan banyak menyebut-nyebut/mengingat”

Maksudnya jelas, apabila kita mengklaim mencintai sesuatu kita pasti akan sering mengingatnya, sering bayangan yang kita cintai akan bermain dialam pikiran kita. laki-laki yang telah jatuh hati kepada seorang wanita, maka wanita tersebut akan sering dingatnya dalam segala kondisi. Bisa jadi saat makan, saat sholat, saat akan tidur bahkan laki-laki tersebut akan mengingatnya walaupun hanya sekedar melihat atau mendengar sesuatu yang berhubungan dengan wanita tersebut. misalnya hanya mendengar namanya jantungnya berdebar, hanya karena lewat di depan rumahnya hatinya akan bergetar atau hanya karena melihat sepatunya hatinya akan bergejolak.

Ada  yang mengatakan bahwasanya cinta memiliki kekuatan,
                betapa banyak orang yang mampu menahan puasa seharian penuh…
                mampu menahan bekerja berhari-hari…
                mampu menahan berdiri sholat semalam suntuk …
                tetapi belum tentu dia mampu menahan gejolak cinta …
                Illa man rahimahullah (kecuali mereka yang dirahmati Allah) …
                gejolak cinta bagaikan gejolak air yang mendidih …
                gelembun buih didihnya tidak tertahankan menuju keatas …

Ada  yang mengatakan bahwasanya cinta adalah anugrah,
Karena cinta,  meliuk satu dahan dengan dahan yang lain …
Karena cinta, rusa jantan tunduk pada rusa betina …
Karena cinta, burung pipit menghampiri bunga di tepi sungai …
Tapi lihat bagaimana tanpa cinta …
Akan menangis tanah yang kering terhadap awan yang hitam …
Bumi tidak akan tertawa walaupun bunganya berkembang di musim semi
Dan tanpa cinta ….
tidak ada lagi bahu untuk bersandar dan …
tidak ada pula pangkuan untuk menangis .. 
[terisnpirasi dari Ustadz Armen Halim Naro, Lc rahimahullah]

Ada  yang mengatakan bahwasanya cinta adalah melemahkan
                Lihatlah seorang laki-laki dengan segala kebesarannyanya
                Jalannya yang tegak dan gagah
                Otot kekarnya yang menopang teguh badannya
                Bibir dan lidahnya yang bersuara lantang

                Tatkala bertemu dengan pujaan hatinya
                Melemahlah badannya
                Seakan-akan lepas sendi-sendinya
                Bibirnya kaku tak mampu berbicara

                Dan ilhatlah wanita dengan segala kemanjaannnya
                Tatkala bertemu dengan tumpuan hatinya
                Pipinya yang merah semakin memerah
                 Dan pandangannya yang tunduk semakin menunduk
                Akan tetapi mencuri pandang

Ada juga yang mengatakan bahwasanya orang yang jatuh cinta
                Pertama kali kepincut
                Lalu terhanyut
                Kemudian bertekuk lutut
                Cintanya laksana kentut
                Jika ditahan sakit dan jika dikeluarkan malu

Namun kami kurang setuju memisalkan cinta dengan kentut. walaupun kenyataan cinta jika di tahan sakit dan dikeluarkan malu, akan tetapi perkara cinta terlalu agung jika di misalkan dengan kentut.
Begitu banyak definisi tentang cinta dan manusia berusaha mendefinisikan cinta dengan berbagai cara, mereka mendefinisikan dengan berbagai sudut pandang, namun terlepas dari itu semua penulis yakin bahwa pembaca tidak perlu mengatahui definisi yang global dan menyeluruh mengenai cinta kerana setiap manusia pasti akan merasakan cinta dan akan mengerti apa itu cinta seiring dengan terus berputarnya jarum jam dan berjalannya waktu.

INSYAALLAH BERSAMBUNG…
Disempurnakan di Lombok, pulau seribu masjid
9 Syawwal 1432 H, Bertepatan  8 September 2011
Penyusun:  Raehanul Bahraen
Semoga Allah meluruskan niat kami dalam menulis.
artikel http://muslimafiyah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar